Mahasiswa Magister Teknik Bencana Alam Melakukan Kuliah Lapangan Mata Kuliah Bencana Gelombang dan Tsunami
Berita MTPBAFoto DTSLRilis Berita Selasa, 3 Juni 2025

Mahasiswa Magister Teknik Bencana Alam Melakukan Kuliah Lapangan Mata Kuliah Bencana Gelombang dan Tsunami

Kuliah lapangan ini diselenggarakan sebagai bagian dari proses pembelajaran dalam mata kuliah “Bencana Gelombang dan Tsunami” yang untuk memberikan pengalaman belajar langsung di lapangan kepada mahasiswa. Melalui kegiatan ini, mahasiswa dapat memahami secara mendalam berbagai aspek yang berkaitan dengan bahaya gelombang ekstrem dan tsunami, baik dari sisi ilmiah maupun implementatif mahasiswa diajak untuk meninjau keterhubungan keseimbangan alam dan dampaknya pada kehidupan sosial Masyarakat. Melalui kegiatan ini mahasiswa juga diajak langsung menelusuri dan mengevaluasi jalur-jalur evakuasi serta tempat-tempat evakuasi sementara yang telah ditetapkan sebagai lokasi perlindungan saat terjadi ancaman tsunami.
Kuliah lapangan ini didampingi dosen Prof. Dr. Ir. Radianta Triatmadja, Dr. Benazir, S.T., M.Eng. berupa pengamatan di Pantai Drini, Pantai Parangtritis, dan Pantai Kuwaru memberikan wawasan nyata tentang fenomena arus gelombang, sistem peringatan dini, serta evaluasi terhadap jalur dan tempat evakuasi yang telah disiapkan oleh pemerintah. Mahasiswa juga dapat menilai efektivitas infrastruktur mitigasi yang ada, seperti shelter tsunami dan tempat evakuasi sementara, sekaligus melihat dampak nyata perubahan garis pantai terhadap masyarakat pesisir.


Hasil yang dicapai dari kuliah lapangan ini adalah:
- Mahasiswa dapat melihat langsung arus gelombang dan arah pergerakannya melalui instrumen botol yang digunakan sebagai alat uji untuk melihat arah gelombang.
- Mahasiswa melihat langsung kesiapsiagaan peringatan tsunami di pantai Parangtritis kemudian mengamati tempat evakuasi akhir dan tempat evakuasi sementara yang telah ditetapkan pemerintah sebagai tempat evakuasi yang paling ideal bagi masyarakat untuk menyelamatkan diri.
- Mahasiswa juga melihat langsung bangunan shelter tsunami yang dibangun oleh pemerintah serta mengevaluasi penempatannya yang berada cukup jauh dari lokasi pemukiman warga. Mahasiswa melakukan tinjauan ke pantai Kuwaru dan menemukan fakta bahwa garis pantai telah mundur sekitar 200 m dalam beberapa tahun terakhir yang mengakibatkan rumah warga mengalami kerusakan dan harus meninggalkan tempat tinggalnya.
Dari hasil pengamatan, disarankan agar pemerintah dan pihak terkait meningkatkan pemeliharaan serta aksesibilitas jalur evakuasi dan tempat evakuasi yang ada, agar dapat diakses dengan lebih cepat dan aman oleh masyarakat. Perlu juga dilakukan edukasi rutin kepada masyarakat pesisir mengenai sistem peringatan dini tsunami dan prosedur evakuasi yang tepat. Selain itu, bangunan shelter tsunami sebaiknya ditempatkan lebih dekat dengan permukiman warga agar waktu tempuh saat evakuasi dapat diminimalkan. (Sumber: humas DTSL)