International Conference on Infrastructure (ICI) 2025: Sustainable Infrastructure for the Future: Innovation and Collaboration
Berita DTSBerita MTPBABerita MTSBerita TerbaruBerita TSFoto DTSL Jumat, 11 Juli 2025

International Conference on Infrastructure (ICI) 2025: Sustainable Infrastructure for the Future: Innovation and Collaboration

Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Republik Indonesia menyelenggarakan Konferensi Internasional Infrastruktur (ICI) 2025 pada 11–12 Juni 2025 di Jakarta International Convention Center, Indonesia. Konferensi ini bertujuan untuk menjadi wadah kolaboratif, yang mempertemukan para pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, lembaga keuangan, dan mitra pembangunan untuk bertukar ide dan mempromosikan solusi yang dapat ditindaklanjuti dalam pembangunan infrastruktur. Tema konferensi tahun ini adalah: “Infrastruktur Berkelanjutan untuk Masa Depan: Inovasi dan Kolaborasi.”
etua Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik UGM, Prof. Teuku Faisal Fathani diundang sebagai panelis dalam konferensi ini dengan topik “Resilient by Design: Building Urban Infrastructure to Protect People and Planet”. Panel ini memberikan kontribusi besar terhadap wawasan berharga bagi dialog global tentang infrastruktur untuk menginspirasi para pemangku kepentingan publik dan swasta untuk mengejar pendekatan yang inovatif dan bertanggung jawab terhadap lingkungan dalam pembangunan infrastruktur.

Dalam presentasinya, Prof. Teuku Faisal Fathani memaparkan bagaimana Indonesia dapat memperkuat perencanaan infrastruktur untuk ketahanan iklim di wilayah pesisir. Secara terstruktur, ia menekankan tentang kerentanan iklim kota-kota di Indonesia, dampak perubahan iklim di wilayah pesisir, pendekatan mitigasi infrastruktur, dan tantangan utama pembangunan di masa mendatang. Lebih lanjut, ia juga memaparkan tentang prioritas utama untuk memastikan infrastruktur yang tangguh di wilayah rentan iklim, yang meliputi: memasukkan ketahanan iklim ke dalam semua kebijakan dan rencana infrastruktur, memprioritaskan infrastruktur yang terintegrasi, memperkuat sistem pengelolaan air perkotaan, memberdayakan pemerintah daerah melalui peningkatan kapasitas dan pendanaan, mendorong adaptasi yang adil dan desain yang inklusif, serta berinvestasi dalam inovasi infrastruktur iklim.
Sebagai penutup, beliau menekankan bahwa wilayah pesisir Indonesia tidak hanya rentan terhadap iklim tetapi juga memiliki potensi untuk mendefinisikan ulang bagaimana infrastruktur melindungi manusia dan ekosistem. Tujuannya bukan hanya untuk bertahan dari bencana, tetapi juga untuk merancang ketahanan dengan mengintegrasikan kearifan ekologis, keadilan sosial, dan perencanaan adaptif ke dalam setiap kilometer infrastruktur yang kita bangun. (Sumber: humas DTSL)