Tsunami Samudra Hindia 2004 merupakan salah satu bencana alam paling dahsyat dalam sejarah modern, yang menewaskan sekitar 230.000 hingga 280.000 orang di 14 negara. Bencana ini mendorong peningkatan kesadaran global tentang pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana tsunami. UNESCO-IOC (Intergovernmental Oceanographic Commission) dan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) menyelenggarakan simposium ini untuk merefleksikan dua dekade setelah bencana tersebut. Simposium ini diselenggarakan pada tgl 11-14 November 2024.
Simposium ini berkontribusi dalam memperkuat ketahanan masyarakat global terhadap bencana tsunami dan meningkatkan keselamatan serta kesejahteraan masyarakat yang rentan terhadap ancaman tsunami yang diikuti oleh ilmuwan, peneliti, insinyur, praktisi, dan pembuat kebijakan dari berbagai negara. Salah satu delegasi dari Indonesia yang merupakan ilmuwan/peneliti, Prof. Teuku Faisal Fathani, berperan sebagai Chair Session untuk Session 5.
The 2nd UNESCO-IOC Global Tsunami Symposium mendukung SDG 11: Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan dengan meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana tsunami, menciptakan komunitas yang lebih tangguh dan siap menghadapi ancaman bencana. Selain itu, simposium ini juga mendukung SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim dengan meningkatkan sistem peringatan dini dan teknik mitigasi untuk mengurangi dampak bencana alam akibat perubahan iklim.
Simposium ini memperkuat kerjasama internasional, sejalan dengan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan, dengan melibatkan berbagai negara dan organisasi dalam upaya penanganan tsunami. Dengan demikian, acara ini tidak hanya berfokus pada bencana tsunami, tetapi juga mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan untuk menciptakan dunia yang lebih aman, tangguh, dan berkelanjutan. (Sumber: humas DTSL)