Workshop Pelaksanaan Technical Assistance Lowland Development and Peat Restoration, Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera VIII Palembang
Berita DTSBerita MTSBerita TILBerita TSBerita TSDAFoto DTSLRilis Berita Rabu, 19 Maret 2025

Workshop Pelaksanaan Technical Assistance Lowland Development and Peat Restoration

Palembang, 17 Februari 2025 – Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera VIII di Palembang, Sumatera Selatan, menjadi tuan rumah Workshop Pelaksanaan Technical Assistance Lowland Development and Peat Restoration. Kegiatan ini dihadiri oleh pegawai Kementerian Pekerjaan Umum (PU) serta berbagai konsultan, praktisi, dan akademisi yang bergerak di bidang irigasi dan rawa. Dari Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, turut hadir Prof. Adam Pamudji Rahardjo, Rachmad Jayadi, Ph.D., dan Neil Andika, Ph.D. Workshop ini juga mendapatkan perhatian khusus dengan kehadiran Direktur Irigasi dan Rawa, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PU.
Workshop ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan para peserta dalam pengelolaan dan restorasi lahan rawa serta daerah gambut. Berbagai materi disampaikan terkait teknik pengelolaan irigasi di lahan rawa pasang surut, pendekatan berkelanjutan dalam pemanfaatan lahan, serta strategi mitigasi terhadap dampak perubahan iklim. Diskusi interaktif antara peserta dan narasumber menjadi salah satu aspek utama dalam acara ini, memungkinkan adanya pertukaran pengalaman dan gagasan yang konstruktif.

Pengembangan irigasi di lahan rawa pasang surut, khususnya di Sumatera Selatan, memiliki berbagai manfaat signifikan. Dengan sistem irigasi yang lebih baik, produktivitas pertanian di daerah tersebut dapat meningkat, terutama dalam produksi padi dan komoditas pertanian lainnya. Selain itu, irigasi yang efisien membantu menjaga ketersediaan air, baik untuk mengurangi risiko kekeringan di musim kemarau maupun mengendalikan genangan air di musim hujan.
Lebih jauh, pengelolaan lahan rawa yang tepat juga berkontribusi terhadap ketahanan pangan nasional dan mitigasi dampak perubahan iklim. Dengan penerapan teknologi dan strategi yang efektif, ekosistem rawa dapat terjaga, mengurangi risiko degradasi lahan, serta mendukung kesejahteraan masyarakat lokal, khususnya para petani di wilayah pasang surut. Oleh karena itu, hasil dari workshop ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan dan restorasi lahan rawa di Indonesia. (Sumber: humas DTSL)