Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengelolaan Sampah Organik Berbasis Maggot BSF untuk Mewujudkan Ekonomi Sirkular
Berita DTSBerita TILBerita TSFoto DTSLRilis Berita Senin, 14 April 2025

Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengelolaan Sampah Organik Berbasis Maggot BSF untuk Mewujudkan Ekonomi Sirkular

Dukuh Daruharjo di Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, menghadapi permasalahan lingkungan dan sosial yang kompleks, yaitu meningkatnya volume sampah dan tingginya angka pengangguran. Sampah organik dan anorganik yang tidak terkelola dengan baik menyebabkan pencemaran lingkungan, sementara keterbatasan lapangan kerja memperburuk kondisi sosial-ekonomi masyarakat. Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan solusi berbasis pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan ekonomi sirkular.
Program ini mengusulkan pengelolaan sampah berbasis budidaya maggot (Black Soldier Fly) dan sistem daur ulang. Maggot mampu mendegradasi sampah organik dengan efisien serta menjadi sumber pakan ternak berkualitas tinggi. Limbah dari budidaya maggot juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang meningkatkan kesuburan tanah. Sementara itu, sampah anorganik seperti plastik, kertas, dan logam dikelola melalui sistem perongsokan yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Dengan memberdayakan karang taruna dan kelompok warga, program ini tidak hanya menciptakan lapangan kerja baru tetapi juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah berkelanjutan.



Pada hari Minggu, 23 Februari 2025, Tim PKM-PM DTSL Universitas Gadjah Mada bersama Balairung Klaten Association mengadakan kegiatan pembukaan Dusun Binaan 2025 di Daruharjo, Cawas, Klaten. Kegiatan ini mencakup sosialisasi pemilahan sampah dan praktik budidaya maggot sebagai upaya efisiensi sumber daya dalam mengatasi permasalahan limbah serta menerapkan prinsip SDGs poin 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab). Selain itu, program ini juga bertujuan untuk memberdayakan masyarakat agar berkontribusi dalam pencapaian SDGs poin 1 (Pengakhiran Kemiskinan) dan poin 10 (Pengurangan Kesenjangan). Kegiatan tersebut dihadiri sekitar 50 warga Dukuh Daruharjo beserta perangkat Desa setempat.
Kegiatan diawali dengan sosialisasi pemilahan sampah, di mana warga diberikan pemahaman mengenai pentingnya memilah jenis sampah secara mandiri untuk mendukung pengelolaan yang lebih efektif. Setelah sesi sosialisasi, acara dilanjutkan dengan praktik budidaya maggot yang dipandu oleh Ibu Endah Pujiastuti, salah satu anggota Srikandi Maggot Klaten dan didampingi oleh Ir. Angga Trisna Yudhistira, S.T., M.Eng., IPM., ACPE Dosen DTSL FT UGM. Dalam sesi ini, dilakukan demonstrasi budidaya maggot yang mencakup penyerahan telur dan baby maggot sebagai tahap awal budidaya, serta survei lahan dan kolam untuk meninjau tahap awal pembangunan rumah maggot Dusun Binaan 2025. Kegiatan direncanakan berlangsung selama 4 bulan dengan program pendampingan dari tim PKM-PM DTSL UGM dan Bklass.
Maggot BSF (Black Soldier Fly) memiliki berbagai manfaat, di antaranya sebagai pakan ternak dan unggas karena kandungan proteinnya yang tinggi. Selain itu, limbah dari budidaya maggot dapat dimanfaatkan secara optimal, kotoran kasarnya dapat diberikan kepada unggas, sedangkan kotoran halus dapat digunakan sebagai pupuk alami untuk pertanian. Maggot juga memiliki produk turunan yang bernilai ekspor apabila diolah lebih lanjut, yaitu minyak maggot untuk kosmetik dan tepung maggot. Melalui program ini, diharapkan warga Daruharjo dapat secara mandiri mengelola limbah organik dengan budidaya maggot serta menjadi pelopor bagi desa-desa lain dalam upaya pengelolaan limbah berkelanjutan.
Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat berbasis ekonomi sirkular dapat terwujud secara nyata dan berkelanjutan. Dengan terwujudnya ekonomi sirkular secara nyata dan berkelanjutan, para warga tentu saja akan mendapatkan banyak dampak positif, seperti berkurangnya limbah dan polusi, peningkatan kesejahteraan ekonomi, dan ketahanan pangan dan pertanian yang berkelanjutan. Ekonomi sirkular ini juga membuka peluang usaha baru untuk pemberdayaan masyarakat. Dengan banyaknya dampak positif ini, masyarakat diharapkan menjadi lebih sadar terhadap pentingnya menjaga lingkungan. (Sumber: humas DTSL)
