
Departemen Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar kuliah umum bertema Aspal Buton (Asbuton) untuk Infrastruktur Jalan Indonesia: Karakteristik, Keberlanjutan, dan Strategi Pengembangan pada Jumat, 21 Februari 2025. Acara ini menghadirkan Ir. Dwi Putranto, M.A., Ketua Asosiasi Pengembang Aspal Buton Indonesia, sebagai narasumber utama. Kuliah umum ini diselenggarakan di Auditorium Lantai 6 Lab Bahan Bangunan dan diikuti oleh mahasiswa program sarjana, magister, serta doktor Teknik Sipil UGM.
Kuliah umum dibuka secara resmi oleh Ketua Departemen Teknik Sipil UGM, Prof. T. Faisal Fathani, yang dalam sambutannya menekankan pentingnya pemanfaatan sumber daya dalam negeri untuk mendukung pembangunan infrastruktur berkelanjutan. Turut hadir Sekretaris Program Studi Magister Sistem dan Teknik Transportasi (MSTT) UGM, Dr. Taqia Rahman, serta beberapa dosen Teknik Sipil UGM. Kehadiran para akademisi dan mahasiswa dalam kuliah umum ini menunjukkan besarnya antusiasme dalam menggali lebih dalam potensi Asbuton sebagai alternatif material perkerasan jalan di Indonesia.
Dalam paparannya, Ir. Dwi Putranto menjelaskan karakteristik unik Asbuton, termasuk keunggulannya dibandingkan dengan aspal minyak impor. Ia juga menyoroti aspek keberlanjutan Asbuton yang lebih ramah lingkungan serta strategi pengembangannya agar dapat diterapkan secara luas dalam proyek infrastruktur jalan di Indonesia. Selain itu, diskusi interaktif yang melibatkan peserta kuliah umum semakin memperkaya wawasan mengenai tantangan dan peluang penggunaan Asbuton dalam dunia konstruksi modern.
Kuliah umum ini diharapkan dapat membuka wawasan mahasiswa dan akademisi mengenai pentingnya optimalisasi penggunaan Asbuton sebagai produk lokal yang memiliki nilai strategis bagi pembangunan nasional. Melalui kegiatan ini, diharapkan semakin banyak riset dan inovasi yang dikembangkan untuk meningkatkan kualitas dan pemanfaatan Asbuton, sehingga mampu bersaing dengan material impor serta mendukung kemandirian infrastruktur Indonesia.
(Sumber: humas DTSL)