Pada Jumat 28 Januari lalu sebuah jembatan di kota Pittsburgh ambruk, mencederai 10 orang dan menyebabkan tujuh kendaraan terlempar ke sebuah lembah. Kondisi sarana di AS dari hari ke hari semakin parah, dan UU Infrastruktur $1,2 triliun yang baru-baru ini berhasil diloloskan oleh pemerintahan Biden dinilai masih tidak mencukupi.
Ambruknya jembatan di Pittsburgh ini terjadi setelah dilakukan inspeksi terhadap jembatan itu, terakhir kali pada September 2021. Hasilnya, jembatan itu dinilai berada dalam kondisi buruk.
VOA menghubungi Ir. Ashar Saputra PhD., pengajar senior di Fakutas Teknik Sipil Universitas Gajah Mada. Dia mempertanyakan mengapa fakta bahwa jembatan itu dalam peringkat buruk, tidak segera ditindaklanjuti? Apalagi mengingat ini adalah penilaian cepat dan visual.
“Mestinya di dalam bridge management system yang bagus, pada kondisi yang poor (buruk) itu tadi, dilanjutkan dengan investigation (penyelidikan) yang lebih mendetil untuk memastikan apakah statusnya masih memenuhi standar safety atau tidak. Sebenarnya dari SOP (Standard Operating Procedure) yang ada di United States sendiri setelah ada kondisi poor muncul dari Departement of Transportation itu mestinya dilanjutkan dengan detailed investigation (penyelidikan terperinci) untuk memastikan apakah jembatan ini harus closed (ditutup) atau tidak. Kelihatannya ini yang belum sempat dilakukan,” tukas Ashar.
Pendapatnya ini, kata Ashar, diperkuat oleh informasi yang sudah beredar sejauh ini dalam masyarakat, khususnya foto-foto awal dari penyelidikan NTSB di mana terlihat proses besi yang berkarat secara luas dan parah. Ini jelas mengurangi kapasitas unsur-unsur struktural jembatan ini dalam menanggung beban. (Sumber: https://www.voaindonesia.com/; Ir. Ashar Saputra Ph.D.)