
Mahasiswa Teknik Sipil UGM berhasil meraih prestasi sebagai Juara 2 dalam kompetisi Civil Case Innovation dalam rangka Dedikasi 2025. Tim Gamatoo, yang diketuai oleh Faris Fathurrohman dan beranggotakan Aneila Clarissa Febriane serta Aderiyan, berhasil menciptakan inovasi Coco Trap, yaitu penangkap sedimen di Sungai Lekopancing dengan memanfaatkan limbah sabut kelapa sebagai media penyaring. Dalam kompetisi ini, mereka didampingi oleh Endita Prima Ari P., S.T., M.Eng., Ph.D. sebagai dosen pembimbing.
Inovasi Coco Trap: Pemanfaatan Limbah Sabut Kelapa sebagai Media Penyaring Sediment Trap berangkat dari permasalahan sedimentasi tinggi yang terjadi di Sungai Lekopancing, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Sedimentasi yang berlebihan di sungai ini berpotensi mengganggu ekosistem dan aliran air. Oleh karena itu, Tim Gamatoo mengembangkan solusi inovatif untuk menangkap sedimen melayang menggunakan sabut kelapa, yang bersifat ramah lingkungan dan mudah diperoleh.
Civil Case Innovation merupakan kompetisi tahunan yang diselenggarakan oleh HMS FT Universitas Hasanuddin (UH) dalam rangka acara Dedikasi 2025. Kompetisi ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia dan diawali dengan seleksi karya tulis ilmiah. Dari seluruh peserta, dipilih 5 tim terbaik yang berhak maju ke babak final. Pada tahap final, peserta harus membuat video dan presentasi yang dipaparkan di hadapan tiga orang dewan juri. Final kompetisi berlangsung pada 30 Januari – 2 Februari 2025, di mana Tim Gamatoo berhasil meraih posisi Juara 2 dengan inovasi mereka yang inovatif dan aplikatif. (Sumber: Tim GAMATOO/ Humas DTSL)