Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada memiliki beberapa program peningkatan suasana akademik bagi mahasiswa dan dosen, salah satunya dengan menyelenggarakan kuliah tamu. Kuliah tamu yang diselenggarakan Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan FT UGM diberikan oleh pakar-pakar dari institusi-institusi yang berhubungan dengan ketekniksipilan dan bertujuan untuk menambah pengetahuan mahasiswa dan dosen. Kuliah Tamu kali ini untuk menambah pengetahuan mahasiswa Program Studi Magister Teknik Pengelolaan Bencana Alam (MTPBA) tentang Sistem Informasi dan Penerapan Aplikasi Berbasis IT Bidang Kebencanaan di Indonesia. Kuliah tamu diselenggarakan secara daring pada Kamis, 11 Maret 2021 diberikan oleh Dr. Raditya Jati, S.Si., M.Si., beliau adalah Kepala Pusat Data dan Komunikasi Kebencanaan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Pemaparan dari Dr. Raditya Jati, S.Si., M.Si., diawali dengan pertanyaan kebutuhan yang paling dasar dari informasi. Kebutuhan yang paling dasar dari informasi adalah data dan resiko. Data merupakan tantangan terbesar dalam menghadapi era Revolusi 4.0, bagaimana sistem informasi harus berbasis data dan dapat diakses oleh semua.
Dr. Raditya menyampaikan bahwa kematian global yang terjadi di dunia saat ini disebabkan oleh bencana alam, ditambahkan pula oleh Raditya bahwa sebetulnya sudah tidak ada lagi istilah bencana alam, sejak tahun 2015 ada kesepakatan global bahwa bencana itu pasti ada intervensi dengan pembangunan, baik itu kerusakan lingkungan, kerusakan infrastruktur maupun ulah manusia sehingga menjadi kerusakan bencana, sedangkan fenomena alamnya belum tentu menjadi bencana.
Menurut data satu dekade yang ada di BNPB menunjukkan bahwa 98% kejadian bencana yang memiliki resiko korban jiwa disebabkan oleh hidrometeorologi, adanya fenomena La-Nina yang dipengaruhi perubahan iklim global dan berpengaruh pada local dan regional. Hal ini menimbulkan ancaman, natural hazard hidrometeorologi dan ancamannya adalah banjir, puting beliung, tanah longsor, banjir bandang, cuaca ekstrim dan lainnya. Namun perlu diketahui pula bahwa ada faktor lain sebagai penyebab bencana yang memiliki risiko korban jiwa yaitu gempa bumi.
Melihat kerentanan Indonesia terhadap risiko bencana, maka Indonesia biasa disebut “one stop shopping” dalam hal bencana. Dilihat sisi positifnya hal ini bisa menjadikan Indonesia sebagai laboratorium bencana, dimana literasi terkait bencana bisa dilakukan di Indonesia.
Saat ini Badan Nasional Penanggulangan Bencana memiliki data peta risiko bencana dengan potensi dampak risiko bencana yang terdapat pada inaRISK. Adapun peta resiko yang terdapat pada inaRISK antara lain adalah bencana banjir, bencana banjir bandang, tanah longsor dan cuaca ekstrim.
Untuk mengetahui sejauh mana resiko daerah dimana tempat kita tinggal bisa dilihat pada inaRISK. Aplikasi ini bisa didownload melalui IOS dan Android, sehingga kita dapat mengetahui resiko bencana yang ada pada wilayah kita masing-masing. Informasi pada inaRISK diupdate setiap hari. Pada akhir sesi kuliah tamu Dr. Raditya juga menyampaikan beberapa aplikasi lain yang dimiliki BNPB dan bisa diakses oleh masyarakat. Selain itu Dr. Raditya juga mengingatkan bahwa faktor sistem informasi dapat terbangun dengan baik adalah data terintegrasi, inter permeable dan dapat terakses oleh semua pihak.
(Sumber: makalah/humas: jaiz)