Gunung Merapi merupakan salah satu gunung api yang sangat aktif di Indonesia. Erupsi Gunung Merapi yang paling dahsyat dalam kurun waktu 50 tahun terakhir adalah kejadian 25 Oktober – 7 November 2010. Lebih dari 140 juta m3 material vulkanik dikeluarkan dan tertumpuk di punggung Gunung Merapi. Aliran lahar dapat terjadi apabila dipicu oleh hujan dengan kriteria tertentu.
Takashi (2009) menyatakan bahwa memahami kondisi hujan yang dapat menyebabkan terjadinya lahar merupakan hal yang sangat penting untuk strategi peringatan dan evakuasi. Untuk dapat menemukan kriteria hujan yang memicu aliran lahar dengan lebih tepat, dibutuhkan pemantauan beberapa parameter hidraulik dan hidrologi baik secara historis maupun realtime (Fathani dan Legono, 2013; Fribriyanto, 2015).
Pemanfaatan data hujan radar sebagai dasar pengembangan model peramalan hujan jangka pendek memunculkan tiga isu utama untuk diskusi yaitu karakteristik hujan durasi pendek di wilayah Gunung Merapi, kesesuaian nilai hujan radar terhadap hujan permukaan, serta bentuk model peramalan yang tepat untuk karakteristik wilayah pegunungan dengan karakteristik yang khas.
Roby Hambali menulis disertasi dengan judul “Model Peramalan Hujan Jangka Pendek Menggunakan Data Radar X-Band Multiparameter (Studi Kasus di Lereng Gunung Merapi)”sebagai syarat menempuh Studi Doktor Teknik Sipil, dengan promotor Prof. Ir. Djoko Legono, Ph.D., dan Co-Promotor Ir. Rachmad Jayadi, M.Eng., Ph.D.
Pada 16 Januari 2020 bertempat di Ruang Sidang Biru Lantai 3 Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan UGM dilaksanakan Ujian Terbuka sebagai syarat kelulusan Studi Program Doktor Teknik Sipil yang dihadiri Promotor, Co-Promotor dan penguji serta beberapa pejabat dan tamu undangan. Roby Hambali berhasil mempertahankan disertasinya dan lulus dengan predikat Cumlaude.