Tim Gamahidro DTSL yang terdiri dari 3 mahasiswa Teknik Sipil UGM, yaitu Hadid Widiantoro, Rizky Dhewandaru, dan Eldiansyah Mahendra berhasil meraih juara pertama dalam lomba Dam Innovation Contest di Universitas Diponegoro. Acara tersebut diselenggarakan pada tanggal 6-7 Nopember 2016 di Semarang.
Pada proses awal kompetisi, para peserta diminta untuk mengirimkan proposal lomba yang berisikan konsep desain bendungan lengkap dengan semua perhitungan yang dibutuhkan. Lalu terpilihlah 4 finalis yang berhasil lolos ke tahap berikutnya dan diundang ke Semarang untuk mempresentasikan hasil karya yang telah dikirim lengkap dengan maket sebagai model desain yang dirancang. Selain UGM, 3 tim lain berasal dari Universitas Diponegoro yang berhasil meloloskan 2 tim dan 1 tim dari Institut Teknologi Bandung. Setelah dilakukan presentasi, para finalis diberikan beberapa pertanyaan oleh 3 dewan juri dan diberikan sebuah studi kasus yang berkaitan dengan kegagalan bendungan.
Pada hari berikutnya, para finalis diwajibkan mengikuti expo yang diselenggarakan oleh panitia untuk menunjukkan hasil karya dari masing-masing finalis. Para pengunjung yang datang disajikan hasil karya para finalis yang sangat mengesankan. Lalu pengunjung dapat memberikan vote pada expo tersebut untuk hasil karya yang menarik bagi mereka. Hasil vote ini juga digunakan sebagai bahan penilaian untuk penentuan sang juara.
”Inovasi yang kami berikan adalah bendungan yang ramah terhadap masyarakat Indonesia. Biasanya, bendungan di Indonesia sangat tertutup dan tidak sembarang orang yang bisa masuk ke area bendungan. Disini kami menjadikan bendungan sebagai wahana edukasi dan hiburan bagi masyarakat dengan membangun sebuah restoran pada tubuh bendungan dan memanfaatkan tampungan air waduk sebagai media konservasi bagi biota air tawar yang terancam punah,” ujar Hadid, Minggu (7/11) di Departemen Teknik Sipil Universitas Diponegoro.
Hadid menambahkan, karena bendungan yang dirancang tersebut berada di perbatasan kabupaten Majalengka dan kabupaten Sumedang, puncak bendungan akan dibuat jalan raya yang menghubungkan 2 kabupaten tersebut dan disediakan juga pedestrian street untuk pengunjung yang datang.
“Selain itu, bangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air yang berada pada bendungan tersebut akan kami desain seperti rumah adat Jawa Barat, yaitu Kesepuhan Cirebon. Mengapa? Karena bendungan tersebut masih berada di wilayah kesultanan Cirebon dan juga sebagai daya tarik wisata pada bendungan ini,” urainya.